Tingkatan pesilat Perisai Diri dibagi dalam beberapa
tingkatan yang masing-masing ditempuh dalam jangka waktu tertentu.
Secara garis besar, tingkatan tersebut dikelompokkan dalam Tingkat Dasar
dan Tingkat Keluarga.
Tingkat Dasar terdiri dari Dasar I (Sabuk Putih), Dasar II (Sabuk Hitam) dan Calon Keluarga (Sabuk Merah). Tingkat Keluarga (Sabuk Merah) terdiri dari beberapa tingkatan yang ditandai dengan warna strip pada badge di dada kiri.
No | Nama Tingkatan | Lama Pendidikan | Badge / Sabuk |
DASAR |
1 | Dasar I | 6 bulan | Sabuk Putih |
2 | Dasar II | 6 bulan | Sabuk Hitam |
3 | Calon Keluarga | 6 bulan | Sabuk Merah |
KELUARGA |
4 | Tingkat I | 6 bulan | Sabuk Merah |
5 | 6 bulan | Sabuk Merah |
6 | Tingkat II | 6 bulan | Sabuk Merah |
7 | 1 tahun | Sabuk Merah |
8 | Tingkat III (Asisten Pelatih) | 2 tahun | Sabuk Merah |
9 | 2 tahun | Sabuk Merah |
10 | Tingkat IV (Pelatih) | 3 tahun | Sabuk Merah |
11 | 3 tahun | Sabuk Merah |
12 | Tingkat V (Pendekar Muda) | 3 tahun | Sabuk Merah |
13 | Pendekar | - | Sabuk Merah |
Senam Teknik Kombinasi
Senam
Teknik Kombinasi merupakan susunan gerak silat Perisai Diri yang
dilatihkan kepada pesilat di setiap sesi pelatihan. Sekilas seperti
rangkaian jurus di silat pada umumnya, namun Senam Teknik Kombinasi
bukanlah rangkaian yang perlu dihafalkan seperti jurus di perguruan
silat lain.
Rangkaian gerak Senam Teknik
Kombinasi dibuat oleh para pelatih setempat pada saat latihan
berlangsung. Rangkaian yang berjumlah antara 5 sampai 10 gerak ini
dibuat berdasarkan imajinasi pada saat pesilat melakukan Serang Hindar
dengan seorang lawan. Rangkaian yang dibuat oleh pelatih tersebut
dilaksanakan dengan tenaga dan kecepatan maksimal dan diulang sebanyak
50 sampai 100 kali.
Tujuan
dari latihan Senam Teknik Kombinasi ini adalah untuk menciptakan
kebiasaan dalam melakukan teknik yang benar dan menciptakan refleks yang
baik terhadap para pesilat. Latihan ini juga akan membentuk otot-otot
para pesilat agar dapat beradaptasi dengan teknik Perisai Diri. Senam
Teknik Kombinasi ini selalu berbeda-beda di setiap sesi latihan, baik
tangan kosong ataupun menggunakan senjata.
Teknik Senjata
Mulai
tingkat dasar akan diajarkan teknik-teknik beladiri tangan kosong. Pada
tingkat selanjutnya diajarkan juga teknik permainan senjata dengan senjata wajib pisau, pedang dan toya. Dengan dasar penguasaan tiga senjata wajib, pisau mewakili senjata pendek, pedang mewakili senjata sedang, dan toya
mewakili senjata panjang, pesilat Perisai Diri dilatih untuk mampu
mendayagunakan berbagai peralatan yang ada di sekitarnya untuk digunakan
sebagai senjata. Teknik tersebut juga dapat digunakan untuk memainkan
senjata lain, seperti celurit, trisula, abir, tombak, golok, pedang
samurai, pentungan, kipas, teken, payung, roti kalong, senapan, bayonet,
dsb.
Tujuan
dari pelajaran senjata adalah memberikan pemahaman bagi pesilat tentang
berbagai macam senjata. Dengan mengenal karakteristik senjata, maka
anggota akan cepat beradaptasi dengan berbagai senjata. Sebagai contoh,
dengan mempelajari pisau, maka pesilat akan mengerti kelebihan dan
kekurangan dari senjata pendek. Bahkan pesilat akan dapat mengadaptasi
benda-benda serupa seperti keris sebagai senjata, atau bahkan pulpen dan
pensil. Dengan memahami karakteristik senjata ini pula, seorang pesilat
akan mengerti bagaimana cara menghadapi berbagai macam senjata bila
memang keadaan sudah mendesak.
Serang Hindar, Serang Balas dan Beladiri
Metode praktis yang sangat penting untuk dipelajari oleh pesilat Perisai Diri adalah latihan Serang Hindar.
Pada latihan ini akan diajarkan cara menyerang dan menghindar yang
paling efisien, cepat, tepat, tangkas, deras dan bijaksana. Sekalipun
berhadapan langsung dengan lawan, kemungkinan cedera amat kecil karena
setiap siswa dibekali prinsip-prinsip dasar dalam melakukan serangan dan
hindaran. Resiko kecil pada metode Serang Hindar inilah yang melahirkan
motto "Pandai Silat Tanpa Cedera". Dengan motto inilah Perisai Diri menyusun program pendidikan dengan memperhatikan faktor psikologis dan kurikulumnya.
Dalam
latihan Serang Hindar, dua orang pesilat saling berhadapan satu sama
lain. Di dekat mereka ada seorang pelatih yang memperhatikan. Seorang
pesilat disebut sebagai A dan seorang lagi disebut dengan B. Pelatih
memberi aba-aba “hup !”, bersamaan dengan itu A menyerang B dengan satu
gerakan, sementara B diam menunggu serangan itu dekat dan kemudian
bergerak ke samping untuk melepaskan diri dari serangan A. Pelatih terus
memberi aba-aba hingga 10 kali untuk A menyerang B dan B harus
menghindar saat serangan A sudah dekat. Setelah selesai, giliran B yang
menyerang pada 10 aba-aba kedua.
Itulah salah
satu metode latihan berpasangan di silat Perisai Diri yang dikenal
dengan sebutan Serang Hindar. Metode Serang Hindar ini telah
diformulasikan oleh Pak Dirdjo agar bisa memberi rasa aman bagi kedua
pesilat. Selama berlatih, pesilat diminta untuk melakukan serangan dan
hindaran yang sesuai dengan pedoman teknik silat Perisai Diri.
Metode berpasangan yang lain di Perisai Diri adalah Serang Balas.
Pada metode Serang Balas, dalam satu aba-aba, A akan melakukan serangan
terhadap B dan B menghindar, kemudian B membalas menyerang A dan A
menghindar. Satu set A serang B hindar dan B balas A hindar, adalah
implementasi dari metode Serang Balas. Pada 10 aba-aba pertama, A
mendapatkan kesempatan menyerang pertama kali dan B membalas setelah
melakukan hindaran sempurna, sementara pada 10 aba-aba kedua akan
ditukar oleh pelatih, yaitu B menyerang terlebih dahulu.
Tujuan
dari latihan Serang Balas ini adalah untuk melatih pesilat, terutama
bagi si penghindar, untuk menghindar ke arah yang sulit dilihat oleh
lawan, tetapi akan sangat mudah untuk melakukan serangan balasan. Inilah
yang disebut hindaran yang mengunci posisi lawan. Si penghindar juga
harus mempelajari bagaimana ia harus meletakkan langkah mereka agar
dapat mempercepat serangan balasan berikutnya.
Metode berpasangan lain yang dilatihkan di Perisai Diri adalah Beladiri.
Beladiri adalah dimana saat A menyerang dan B menghindar sambil
melepaskan serangan ke A. Dalam hal ini, B disebut melakukan Beladiri.
Jadi perbedaannya dengan metode sebelumnya adalah, bahwa B tidak
melakukan hindaran sempurna baru membalas, namun B melakukan hindaran
dan serangan dalam satu gerakan.
Sebagai
ilustrasi yang sederhana, misalnya A melakukan pukulan ke arah depan,
ketika pukulan tersebut dekat, maka B bergerak ke samping sambil
menusukkan buku tangannya ke arah mata. Dalam hal ini, maka B melakukan
Beladiri.
Ketiga metode di atas, Serang Hindar,
Serang Balas dan Beladiri akan diajarkan kepada pesilat Perisai Diri
baik dari tingkat Dasar sampai tingkat yang tinggi sekalipun. Metode ini
akan diaplikasikan baik menggunakan tangan kosong ataupun menggunakan
senjata seperti pisau, pedang dan toya.
Teknik Asli
Teknik
silat Perisai Diri terdiri dari lima tahapan, yakni pengenalan,
pengertian, penerapan, pendalaman dan penghayatan. Dalam silat Perisai
Diri terdapat Teknik Kombinasi dan Teknik Asli.
Teknik
Kombinasi merupakan teknik-teknik di silat Perisai Diri yang berasal
dari perguruan-perguruan silat di seluruh Indonesia yang meliputi 156
aliran. Rangkuman teknik silat tersebut kemudian dipilah dan
dikelompokkan sesuai dengan karakter dari masing-masing aliran. Teknik
Kombinasi diantaranya adalah Cimande, Betawen, Bawean dan Jawa Timuran.
Di samping itu ada juga Teknik Minangkabau yang diambil dari teknik
pencak silat tanah Minang yang dilengkapi dengan beberapa teknik lain.
Teknik
Asli dalam silat Perisai Diri sebagian besar diambil dari aliran Siauw
Liem Sie (Shaolinshi). Dengan kreativitas Pak Dirdjo, yang mirip
hanyalah sikap awalnya saja, sedangkan gerakan maupun implementasinya
sudah dijiwai oleh karakter pencak silat Indonesia. Hal ini yang
menjadikan ilmu silat Perisai Diri mempunyai sifat unik, tidak
ada kemiripan dengan silat yang lain. Disebut Asli karena mempunyai
frame tersendiri, bukan merupakan kombinasi dari beberapa aliran silat.
Teknik Asli dalam silat Perisai Diri diantaranya yaitu :
1. Burung Meliwis
2. Burung Kuntul
3. Burung Garuda
4. Harimau
5. Naga
6. Satria
7. Pendeta
8. Putri
Teknik Minangkabau
Nama
teknik Minangkabau diambil karena gerakan teknik ini mirip dengan
tarian tradisional dari Minangkabau, Sumatra Barat. Salah satu tujuan
dari mempelajari teknik ini adalah untuk memperkuat otot-otot paha dan
otot belakang. Teknik ini juga memberikan pengalaman tentang bagaimana
rasanya bila kita berada pada posisi yang merendah ke tanah.
Untuk
menyerang lawan, teknik Minang seringkali mendahului dengan membuka
bagian lemah dari badannya dengan gerakan yang lambat. Ini adalah
pancingan yang disengaja agar lawan menyerang terlebih dahulu. Ketika
lawan datang dengan serangan, saat itulah teknik Minang akan bergerak
sangat cepat dan keras menghancurkan serangan lawan tersebut dengan
sikunya dan dilanjutkan dengan serangan berikutnya.
Teknik Burung Meliwis
Burung
Meliwis memiliki ciri khas tersendiri dalam bergerak, yaitu bergerak
dengan ringan dan cepat. Tujuan dari mempelajari teknik ini adalah untuk
melatih kecepatan, keringanan tubuh dan membiasakan diri menapak dengan
ujung kaki. Dengan mempelajari teknik ini, maka pesilat dengan
sendirinya akan melatih otot-otot kaki, betis dan pinggul.
Meliwis
menggunakan ujung-ujung jari untuk menyerang lawan. Oleh karena itu, ia
hanya akan menyerang bagian-bagian yang sangat lemah seperti mata dan
leher. Saat menyerang, Meliwis melontarkan tangannya dengan cepat ke
arah lawan dan akan kembali dengan kecepatan yang sama, sehingga
mempersulit lawan untuk menolak.
Selain
ujung-ujung jari, Meliwis juga menggunakan pergelangan tangannya untuk
menyerang bagian-bagian seperti leher dan dagu. Teknik ini juga
menggunakan pergelangan tangan bagian dalam untuk menolak dengan cara
mengalihkan arah serangan lawan.
Teknik Burung Kuntul
Setelah
mempelajari teknik Meliwis, pesilat akan menerima pelajaran teknik
berikutnya, Burung Kuntul. Bila saat berlatih Meliwis, pesilat diajarkan
untuk bergerak ringan, kini pesilat diajarkan untuk melibatkan tenaga
saat bergerak ringan.
Dibandingkan dengan
Meliwis, Kuntul tidak hanya menyerang bagian lemah, tetapi juga bagian
lain seperti lutut. Teknik ini memiliki satu macam tendangan yang
digunakan untuk merusak lutut lawan.
Pada saat
menyerang, sifat serangan Kuntul adalah memecut. Serangan dilontarkan
sangat cepat dari badan ke arah sasaran dan dengan sendirinya kembali ke
arah badan dengan kecepatan yang sama. Namun pola serangan Kuntul tidak
pernah lurus kedepan seperti teknik beladiri pada umumnya. Serangan
Kuntul selalu mengarah ke samping.
Untuk
menyerang depan, maka Kuntul akan memposisikan dirinya sedemikian rupa,
sehingga lawan menjadi berada di samping saat serangan mencapai target.
Teknik Burung Garuda
Garuda
adalah simbol burung terkuat di antara jenis burung lainnya. Oleh
karena itu, dibandingkan dengan teknik burung sebelumnya, Garuda
memiliki kemampuan bertarung yang paling tinggi.
Saat
berlatih teknik Garuda, pesilat akan dikenalkan bagaimana cara
menggunakan perubahan badan sebagai tenaga tambahan saat menyerang atau
menolak. Karena kemampuannya dalam menggunakan badan inilah, tenaga yang
dimiliki oleh teknik Garuda menjadi lebih besar dibandingkan dengan
Meliwis dan Kuntul.
Garuda menggunakan sisi
tangan dan sikunya sebagai perlengkapan dalam menyerang dan menolak.
Teknik ini selalu mengembangkan kelima jarinya selebar mungkin untuk
memperkuat otot tangan bagian samping.
Target
serangan Garuda sering ke arah leher. Dengan menggunakan sikunya, Garuda
akan menotok bagian leher dan mengiris leher tersebut dengan sisi luar
tangan, untuk merusak tulang leher lawan sekaligus merobek kulit lawan.
Tidak hanya leher, Garuda juga dapat menyerang ke bagian tengah di
antara dua alis mata lawan dan mengirisnya ke sepanjang garis mata.
Dalam
jarak yang sangat rapat, Garuda memanfaatkan sikunya ke bagian lemah
lawan ataupun memanfaatkan tumitnya untuk melakukan tendangan jarak
pendek ke arah kemaluan lawan.
Untuk melindungi
diri dari serangan lawan, Garuda memanfaatkan kaki untuk menolak bagian
bawah dan tangan untuk bagian tengah dan atas.
Teknik Harimau
Dibandingkan
dengan Garuda, teknik Harimau memiliki kemampuan yang lebih besar, baik
itu tenaga, kecepatan, keuletan, keganasan dan fleksibilitas gerakan.
Teknik
ini di adaptasi dari karakter hewan aslinya yang disesuaikan dengan
anatomi tubuh manusia. Kemampuan Harimau lebih baik dibanding Garuda
karena teknik ini sudah menggunakan perputaran badan untuk meningkatkan
kecepatan dan tenaga.
Posisi Harimau bisa
berbeda-beda, baik itu merendah, sedang ataupun tinggi. Pada saat posisi
merendah, teknik ini akan melebarkan kuda-kuda agar lebih merendah ke
tanah dan akan menyerang ke daerah bawah dari lawan, dilanjutkan dengan
menggulung untuk menjauhkan diri dari lawan. Pada saat posisi tinggi,
teknik ini akan mengincar daerah atas seperti dada dan kepala. Teknik
inipun kadang menggunakan lompatannya untuk menyerang kepala.
Saat
menyerang, Harimau menggunakan perlengkapan seperti cakar, telapak
tangan, lutut, tumit dan telapak kaki. Saat menolak, teknik ini akan
menggunakan perlengkapannya seperti kaki, tangan dan juga cakarnya.
Target sasaran yang menjadi sasaran serangan antara lain mata, muka,
telinga, leher, dada, pergelangan badan, kemaluan, lutut dan kulit.
Teknik Naga
Naga
dilambangkan sebagai binatang terkuat di jajaran teknik silat Perisai
Diri. Oleh karena itu, Naga diberikan pada jenjang teknik hewan terakhir
di Perisai Diri. Keunikan dari teknik Naga terdapat pada cara
langkahnya yang selalu mengandung putaran. Hal ini dilakukan untuk
menuju poros tengah lawan saat menghindar, memapas ataupun menyerang.
Tenaga yang dikeluarkan pun lebih besar dibanding teknik sebelumnya
karena teknik ini telah menyatukan kemampuan perputaran badan dan
perpindahan berat badan sebagai tambahan tenaganya.
Ditambah
lagi, pesilat yang menerima teknik ini adalah mereka yang telah
menduduki tingkatan Asisten Pelatih. Di tingkat ini, mereka mendapatkan
pelajaran Pernafasan Tahap 1, yang akan berfokus untuk meningkatkan
tenaga. Oleh karena itu, teknik Naga pun akan semakin kuat lagi karena
para Asisten Pelatih mengkombinasikan teknik dan pernafasan ke dalam
aplikasinya.
Saat menyerang, teknik Naga akan
merusak persendian leher, paha dan tangan. Daerah lemah seperti dagu dan
kemaluan juga bisa menjadi sasaran serangan apabila daerah tersebut
terbuka.
Teknik Satria
Setelah
mempelajari teknik hewan, di tingkat ini pesilat akan mulai mempelajari
teknik manusia. Teknik yang pertama dipelajari adalah Satria. Pada
tingkat ini, pesilat dianggap telah mampu menerapkan seluruh kemampuan
dari teknik hewan pada tingkatan-tingkatan sebelumnya. Sebagai suatu
teknik manusia, Satria akan mulai meninggalkan karakter kehewananannya,
seperti liar, buas dan brutal. Satria akan berfikir tepat sebelum
bertindak dan melaksanakan geraknya dengan penuh percaya diri.
Bersamaan
dengan penerimaan pelajaran teknik ini, seorang pesilat juga menerima
pelajaran Pernafasan Tahap 2, yang difokuskan untuk meledakkan tenaga.
Karena
kemampuan dari dua tahap Pernafasan tersebut, sifat teknik Satria
menjadi penuh dengan rasa percaya diri. Ketika serangan datang, Satria
akan menolak, memapas dan merusak perlengkapan serangan lawan dengan
memukul titik persendian. Saat bergerak, teknik ini tidak melakukan
gerakan-gerakan yang rumit seperti pada teknik Harimau dan Naga.
Teknik Pendeta
Dalam Bahasa Jawa, pandito
artinya adalah orang yang selalu memberikan falsafah jalan kebaikan
pada orang lain. Karakter ini pun terbawa ke dalam teknik itu sendiri.
Teknik ini tidak menunjukan kebrutalan dan juga tidak banyak merusak
ataupun menghancurkan persendian lawan.
Walaupun
kemampuan seorang pesilat yang mempelajari Pendeta tetap memiliki
kemampuan seluruh teknik di bawahnya, namun teknik asli ini sendiri
tidak akan merusak bila tidak diperlukan.
Pola
gerak yang dilakukan teknik ini pun jauh lebih sederhana. Serangannya
hanya berpola lurus, dengan jarak yang dekat. Serangan yang dilakukan
sepenuhnya menggunakan putaran badan, atau dikenal dengan istilah Gizoboge.
Perlengkapan
yang digunakan saat menyerang adalah kepalan tangan, sisi samping
badan, kepala dan tumit. Bentuk tangan dari teknik ini selalu mengepal.
Sasaran serangan umumnya adalah ulu hati, kepala, rusuk dan beberapa
bagian persendian.
Teknik Putri
Teknik
Putri adalah teknik tertinggi di Perisai Diri. Karakter dari teknik ini
bisa berubah-ubah. Terkadang lembut, namun tiba-tiba berubah menjadi
sangat cepat dan keras, kemudian lembut kembali. Putri menggabungkan
seluruh kemampuan yang ada pada teknik-teknik sebelumnya, ditambah
dengan kemampuan fleksibilitas gerak yang tidak baku seperti teknik
lain. Tenaga yang digunakan bersifat kosong isi. Istilah ini berarti
bahwa Putri akan selalu kosong tidak bertenaga, namun di dalam
kekosongannya, keluar tenaga yang sangat besar saat terjadi sentuhan
dengan lawan.
Putri seringkali melakukan dua
macam tindakan dalam satu gerakan. Baik itu menyerang sambil menghindar
ataupun menyerang sambil menolak. Teknik inipun sering memanfaatkan
tenaga lawan untuk menyerang, sehingga tenaga yang ia keluarkan semakin
sedikit. Gizoboge (perputaran badan) selalu diaplikasikan dalam
tekniknya ditambah dengan Pernafasan Tahap 3 yang selalu mengiringi
geraknya. Serangannya bersifat gelap, yang artinya sulit untuk dilihat
lawan.
Putri biasanya hanya bereaksi terhadap serangan lawan. Ia tidak berinisiatif melakukan serangan terlebih dahulu.
Teknik Olah Pernafasan
Ketika
pesilat telah menduduki tingkat Asisten Pelatih, ia akan mulai menerima
pelajaran teknik olah pernafasan yang berguna baik untuk kebugaran
maupun untuk menunjang beladiri. Teknik pernafasan Perisai Diri dibagi
menjadi 3 tahap.
Tahap pertama tujuannya untuk
menghimpun tenaga. Seorang pesilat akan belajar teknik pernafasan untuk
menambah tenaga dan membuat otot-otot menjadi keras. Hal ini untuk
meningkatkan tenaga setiap pesilat. Namun pada saat pembelajaran tahap
ini, ada kemunduran yang akan dialami dari sisi kecepatan. Bahwa
kecepatan si pesilat akan menurun dari kecepatan sebelumnya.
Ketika
seorang pesilat telah menyelesaikan latihan Pernafasan Tahap 1, maka ia
harus langsung melanjutkannya ke latihan Pernafasan Tahap 2. Pada tahap
2 ini akan di fokuskan untuk meledakkan tenaga. Tenaga yang telah mampu
dihimpun sebagai hasil latihan di tahap 1, kini diarahkan untuk di
lepaskan dalam bentuk-bentuk teknik, baik serangan, tolakan, papasan dan
bahkan hindaran. Dengan melalui proses tahap 2, maka kecepatan seorang
pesilat berangsur-angsur akan kembali seperti semula dan bahkan dapat
membuat kecepatan semakin meningkat.
Tahap
terakhir dari latihan teknik pernafasan ini adalah Pernafasan Tahap 3.
Pada tahap 3 akan ditekankan pada implementasi nafas ke dalam seluruh
gerakan silat. Setelah implementasi tahap 3, seorang pesilat akan mampu
bernafas dengan lembut, bergerak dengan cepat dan seketika menghasilkan
tenaga saat diperlukan. Seluruh pola pernafasan, cara implementasi dan
penghayatannya akan dilatihkan pada tahap ini. Oleh karena itu,
pelajaran ini hanya akan diberikan kepada Pelatih yang dituntun langsung
oleh seorang Pendekar.
Kerohanian
Kepada
pesilat yang telah memiliki kemampuan lebih dalam ilmu bertarung
setelah mempelajari teknik tangan kosong, teknik senjata dan teknik
pernafasan, untuk menyeimbangkan gemblengan fisik sangat perlu diberikan
gemblengan mental spiritual untuk menjadi pesilat yang berbudi luhur,
yang dalam Perisai Diri dikenal dengan istilah kerohanian, yang
diberikan secara bertahap untuk memberi pengertian dan pelajaran tentang
diri pribadi dan manusia pada umumnya, sehingga diharapkan tercipta
pesilat yang bermental baja dan berbudi luhur, mempunyai kepercayaan
diri yang kuat, berperangai lemah lembut, serta bijaksana dalam berpikir
dan bertindak. Keseimbangan antara pengetahuan silat dan kerokhanian
akan menjadikan anggota Perisai Diri waspada dan mawas diri, tidak
sombong, dan setiap saat sadar bahwa di atas segala-galanya ada Sang
Pencipta.
Sumber : Bungasepasang Online